Selasa, 07 Oktober 2014

Kenangan

Mengenang Ayahanda

Aku berlindung kepada ALLAH dari godaan Syaitan yang terkutuk.
Sesungguhnya Allah berfirman dalam Alqur'an : Bahwa sesungguhnya setiap yang bernyawa itu pasti merasakan mati. Malang tak dapat di tolak, mujur tak dapat diraih, malam itu ALLAH telah menetapkan kehendaknya mengambil kepunyaan_NYA kembali. Malam itu Sabtu sekitar pukul 01. 20 WIB ayahanda yang saya cintai telah berpulang memenuhi panggilan ALLAH SWT. Kepergiannya begitu mendadak. Sebab pada sore harinya saya masih sempat mengunjungi orang tua dan bercakap-cakap sebentar dengan beliau. Malam hari sekitar jam satu lewat adik saya menelepon ke HP istri saya mengatakan bahwa ayah sakit. dengan terburu-buru saya langsung ke rumah orang tua yang berjarak sekitar 5 km dari rumah mertua saya dimana saya berada waktu itu. Di tengah perjalanan ibu saya juga menelpon ke HP saya dan terdengar suaranya sangat cemas mengabarkan keadaan ayah. Dalam keadaan harap-harap cemas saya pacu mobil kerumah orang tua. Sesampai di rumah saya lihat ayah sudah lemah dan entah sadar atau tidak. Saya bilang saja : kami bao ayah ka rumah sakik lai yah, saya tak tahu apakah beliau mendengar atau tidak. kami (saya dan adik bungsu saya) dengan dibantu ibu saya mengangkangkat ayah ke dalam mobil. Pada saat itu sekilas di mobil ayah sudah diam saja. Saya dengan harap-harap cemas melarikan ayah ke IGD RSUD Pariaman. Di IGD saya harus mengetuk-ngetuk pintu dan mencari-cari petugas untuk meminta pertolongan. Agak relatif lama petugas datang dan ayah kami angkat ke tempat tidur roda rumah sakit. Tidak beberapa lama, petugas menyatakan bahwa ayah kami sudah tidak ada lagi. Entah bagaimana rasanya, pikiran saya campur aduk menghadapi kenyataan itu. Kira-kira seminggu akibat musibah ini pikiran saya sangat kacau dan hati sering terhiba-hiba mengenang suka duka kami sekeluarga dengan ayah. Dan dalam keadaan seperti ini, banyaknya pelayat yang datang sangat menghiburkan hati kami yang sedang ditimpa musibah. 

Sangat banyak kenangan yang berlalu antara saya dan ayah. kadang kenangan duka, kadang kenangan suka. Sebagai anak pertama dari enam bersaudara, saya dulunya merasa kasih sayang ayah kurang terhadap saya. Hal itu mungkin karena adik-adik saya yang lain juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang beliau. Sampai sampai dulunya diantara kami terkadang berselisih dan marah-marahan. Hal itu terjadi sampai ketika saya hampir tamat dari perguruan tinggi (Universitas Andalas-Padang). Saya yang kuliah terkatung-katung, akhirnya timbul kesadaran saya akan hubungan saya dengan ayah yang kurang baik. Waktu itu saya menjumpai beliau dan mencium kaki beliau meminta ampun dan maaf. Alhamdullillah kemudian saya berhasil menamatkan pendidikan sarjana S1 di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unand dan diwisuda pada April 2006. Bahkan sebelum di wisuda saya ikut tes CPNS di Pemko Pariaman dan lulus. Jadi menjelang wisuda saya sudah berhasil lulus ujian CPNS.

Ayah saya adalah orang yang keras dan disiplin kepada anak-anaknya. Waktu kecil kami diajar beliau mengaji membaca Alqur'an. masih saya ingat bagaimana terkadang  saya malas dan jemu sewaktu diajar membaca Alqur'an oleh ayah. Ditambah lagi ayah yang terkadang juga marah ketika saya (kami) kurang dapat mengucapkan bacaan seperti yang dimaksudkannya. Selain diajar sendiri oleh ayah, kami juga di serahkan ke TPA/TPSA untuk belajar mengaji. Alhamdulillah berkat kerasnya pendidikan dan disiplin dari ayah, 5 dari 6 anaknya sudah berhasil tamat di perguruan tinggi, sedangkan adik bungsu saya memang kurang serius kuliah dan belum tamat sampai saat ini, akan tetapi ayah yang sering mengkhawatirkan masa depannya menyiapkan semacam usaha untuk adik bungsu ini yang diharapkannya agar anak bungsunya ini tidak hidup terlunta-lunta sepeninggal beliau. 

Ayah saya semasa hidupnya adalah seorang guru agama Sekolah Dasar. Karirnya kemudian berlanjut menjadi Kepala Sekolah dan kemudian terakhir menjabat sebagai Pengawas TK/SD. Ia juga aktif di bidang lain seperti menjadi pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia, Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), pengurus Karang Taruna, pengurus koperasi pegawai, pengurus mesjid, sebagai ustadz/penceramah agama,dan juga pengurus Ikatan Keluarga Solok Saiyo Sakato Kabupaten Padang Pariaman.  Dulu ia juga aktif sebagai wartawan koran/surat kabar Haluan. Ia dulu juga mengisi waktunya dengan berkebun cabe, dimana saya juga terkadang juga dilibatkanya membantunya berkebun. Dulunya ia juga pernah menjual bawang di pasar untuk menambah-nambah penghasilannya yang pas-pasan sebagai guru.

Ayah, Engkau telah membesarkan kami, kau telah mendidik kami, kau sekolahkan kami, kau kuliahkan kami, kau telah menyiapkan kami hidup yang mandiri. dan kami telah mulai merasakan manisnya buah kerja keras engkau. Disaat anak-anakmu satu persatu mulai wisuda, satu persatu mulai bekerja, satu persatu mulai berhasil, satu persatu mulai menikah, satu persatu mulai menata karir, engkau dipanggil oleh ALLAH SWT. Belum terbalas rasanya jasa-jasamu wahai ayah, dan bahkan tidak akan dapat terbalas dengan apapun dan sampai kapanpun .Kenangan dan jasa-jasamu akan abadi bersamaku wahai ayah. Selamat jalan Ayahanda. Semoga ALLAH membalas semua jasa-jasamu dengan kebaikan dan pahala yang tiada putus-putusnya. Amiin.

2 komentar:

Raaifa mengatakan...

Semoga beliau di mudahkan, dilapangkan dan diberi pengampunan..
Semoga ahli waris di beri pahala yang besar atas kesabaran terhadap musibah yg menimpa.. Amin

Unknown mengatakan...

Amiin. mokasih atas do'anya da hary, juga atas pinjaman bukunya yang bermanfaat.