Sebagaimana diketahui, dalam sistem adat Minangkabau, wilayah Pariaman termasuk wilayah rantau orang-orang Minangkabau. Wilayah ini sering disebut sebagai rantau Tiku Pariaman, atau juga Rantau Banda Nan Sapuluah. Sebagai wilayah rantau, di daerah Pariaman ini telah terjadi percampuran budaya dan tradisi terutama tradisi Minangkabau dan etnis-etnis lainnya yang dulu juga telah menghuni wilayah Pariaman. Pariaman dulunya merupakan daerah maju dan pelabuhan yang terkenal semasa abad ke 15 dan telah mengadakan kontak dengan dunia luar baik India, Arab, Eropa, maupun dengan sesama nusantara seperti Aceh, Barus, Nias dan Bangkahulu.
Oleh karena perkembangan yang demikian, terdapat ciri khas orang Pariaman yang tidak terdapat di wilayah lain Minangkabau, seperti adanya gelar bagi lelaki Pariaman yang di letakan di depan nama. Gelar ini bukan turun dari mamak ke kemenakan seperti adat dan tradisi umum di Minangkabau, akan tetapi diwariskan dari ayah kepada anak.
Gelar ini ada empat tingkat, yaitu:
1. Sidi (berasal dari kata Saidi/Saidina).
Dianggap gelar kehormatan yang paling tinggi pada masa lalu, dimana diasumsikan gelar ini merupakan panggilan kepada orang-orang yang mempunyai kedekatan dengan Rasulullah dan sahabatnya.
2. Bagindo (berasal dari kata Baginda)
Ini juga merupakan gelar kehormatan yang tinggi seperti halnya orang memanggil kepada raja. Kabarnya gelar ini merupakan panggilan untuk keturunan raja-raja yang berasal dari darek (luhak nan tigo)
3. Sutan (berasal dari kata Sultan)
Ini juga merupakan gelar yang cukup terhormat pada masa lalu di Pariaman. Gelar ini juga mengacu kepada panggilan raja pada waktu itu yaitu Sultan (Sutan - Minangkabau).
4. Marah
Gelar ini merupakan gelar masyarakat kebanyakan, yang tidak mempunyai keturunan dari pihak ulama maupun pihak bangsawan/raja. Ada yang menyebut gelar ini merupakan gelar bagi orang Pariaman asli, tetapi ada juga yang menyatakan gelar ini adalah gelar bagi pendatang yang tidak masuk kategori dalam tiga gelar diatas. Bagaimanapun sampai saat ini banyak orang Pariaman yang bergelar asli "marah" merasa malu dengan gelar tersebut dan lebih senang membuang gelarnya itu.
Demikian sedikit yang saya ketahui, terkurang terlebih saya mohon maaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar