Pada akhir Februari 2015 yang lalu, saya diajak teman ke Jakarta dengan misi menjemput mobil yang
dibeli di Jakarta untuk dibawa ke Padang. Sebagaimana diketahui, harga mobil
di Jakarta dan Padang memang berbeda, terutama untuk merek-merek tertentu yang
tidak umum, harga di Jakarta bisa jauh lebih murah.
Berhubung
saya lagi Tugas Belajar dan lagi libur pula, saya menyanggupi permintaan teman
(senior di S1, sekelas di S2) tersebut. Kami pun berangkat via udara ke Jakarta, bermalam semalam di Jakarta dan besok nya selepas Maghrib berencana pulang
ke Padang membawa mobil sedan.
Rencana
berangkat selepas Maghrib jadi berantakan karena saya terlambat balik ke tempat tinggal di rumah kakak teman senior tersebut di daerah Kebayoran Lama. Saya ada urusan ke tempat teman lain di Pulogadung dan pulangnya telat karena tidak memperkirakan lama perjalanan di Jakarta. Saya tiba di Kemayoran Lama sudah hampir jam 9 malam. Saya sih sudah siap tempur langsung berangkat, tetapi
timbul keraguan dari teman dan familinya mengingat kami kurang istirahat
dan sudah mau menyetir jauh pula ke Sumatera Barat. Apalagi kami sama-sama belum
pernah membawa mobil lintas Jakarta Padang sebelumnya.
Terjadilah
diskusi hangat malam itu tentang kapan sebaiknya berangkat. Saya bersikeras
malam itu juga, sementara family teman mengusulkan besok saja. Maka akhirnya di
dapat lah jalan tengah berangkat besok habis subuh saja. Ok. Deal.
Tentang
jadwal keberangkatan dari Jakarta ke Padang ini khususnya lewat Lintas Tengah sebaiknya memang malam hari sekitar pukul
9-an. Ini mengingat agar kita tidak perlu bermalam di jalan sewaktu di Pulau
Sumatera nantinya. Dengan berangkat malam, diharapkan pada pagi hari sudah sampai di kota Bumi Lampung Utara, dimana jalanan
setelah itu mulai sepi, kecil, dan rusak parah di beberapa
titik. Kalau dilalui pada malam hari tentu sangat rawan.
Ok
lanjut ke perjalanan, pagi itu setelah sholat Subuh, maka sekitar jam setengah enam kami mulai
bergerak, masuk ke gerbang tol dan mobil pun di geber di jalan tol Jakarta-Merak sampai menggigil (maklum mobil hanya 1300 cc). Tak lama sekitar
jam 7 pagi kami sudah sampai di Pelabuhan Merak yang berada di ujung jalan tol. Mengikuti
arahan dan panduan petugas, mobil sampai di loket karcis kemudian
menuju ke dermaga tempat naik kapal. Harga karcis kapal untuk mobil tersebut kalau
saya tidak salah sekitar Rp. 250.000,-.
Setiba
di dermaga antri dulu, kebetulan mungkin karena bawa sedan dipersilahkan antri di depan agar bisa dibawa ke lantai 2 kapal. Kami antri beberapa waktu sebelum
masuk kapal. Di sana terdapat beberapa pedagang makanan; seperti pop mie, lontong; minuman seperti
kopi dan jamu, serta ada pula pedagang keliling menawarkan barang asesoris, koran,
majalah, dan lain-lain. Jika kita tidak mau beli kita tinggal bilang tidak
dengan sopan.
Kapal Feri di Pelabuhan Merak |
Merak Seaport dari atas kapal |
Sekitar setengah jam kemudian, kami dipersilahkan naik ke kapal fery. Setelah memarkir mobil, sambil menunggu kapal berangkat kami sarapan dengan roti dan minuman yang sudah
disiapkan. Kapal kayaknya kosong waktu itu, hanya beberapa orang dan mobil berada diatas kapal yang relatif besar.
Perjalanan diatas kapal kami habiskan dengan
ngobrol ngalor ngidul sambil menikmati pemandangan laut Selat Sunda dan juga
pulau-pulau kecil yang terlewati. Makin lama pulau Jawa makin jauh dan sekitar
1,5 jam berlalu kami pun tiba di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Pulau Sumatera.
Turun
dari kapal mobil digeber keluar dari pelabuhan dan mulai memasuki alam Sumatera
yang terasa agak keras ketimbang pulau Jawa. Gimana tidak, jalannya mulai
menanjak dan berliku dan tampak agak sunyi.
Mobil
meluncur ke Kalianda, terus lama berjalan kita akan jumpa lagi laut, itu menandakan kita
sudah berada di kawasan Kota Bandar Lampung. Di Bandar Lampung ini hari sudah siang
sekitar jam 12 dan perut mulai terasa lapar. Kami mencari rumah makan, dan setelah banyak restoran yang kami lewati akhirnya terjumpa rumah makan yang cukup bagus di sebelah kiri
jalan, mobil pun meluncur ke sana. Itu adalah rumah makan Padang dengan
halaman cukup luas kalau tidak salah mereknya Bareh Solok. Kemudiannya saya ketahui pemilik
rumah makan ini berasal dari Koto Anau, Solok dan rumah makan ini banyak dijadikan sopir-sopir
terutama truk dan fuso sebagai tempat mengadu misalnya kalau kehabisan uang
atau apalah di jalan. Dalam komplek rumah makan ini juga terdapat markas Pekat IB,
organisasi berseragam loreng semacam Pemuda Pancasila.
Selepas
makan dan sholat kamipun melanjutkan perjalanan. Jalanan masih ramai dan bagus,
bahkan berjalur dua. Sedikit demi sedikit kami meninggalkan kota Bandar Lampung
menikmati pemandangannya yang baru bagi kami. Melihat aneka jajanan dan kuliner
yang terdapat di pinggir jalan, melaju melewati kota kecil demi kota kecil dan
sampailah kami pada sore hari di daerah Kota Bumi, Ibukota Kabupaten Lampung Utara. Di sini
untuk meyakinkan kami bertanya di warung dan akhirnya perjalanan lanjut hingga sampailah kami di daerah Bukit Kemuning, ujung Kabupaten Lampung Utara.
Disinilah kesalahan mulai terjadi, disini ada simpang empat dimana jalan yang
besar itu lurus dan belok kanan jalannya agak kecil. Sebagai pemula, insting
mengatakan bahwa jalan Lintas Sumatera tentulah jalan yang besar, jadi kami ambil lurus.
Lihat peta GPS pun posisi mobil masih di jalur jalan. Lanjut,,,,,namun apa yang terjadi jalanan yang kami lalui semakin kecil dan semakin sepi, malam mulai
menggantikan siang dan jalanan semakin sepi dan gelap saja. Rumah-rumah pun jarang
kelihatan dan kalau ada pun dengan pintu tertutup. Sampai benar-benar masuk
hutan dan lama kemudian baru bersua perkampungan penduduk yang rumahnya banyak
dari papan. Itupun orangnya jarang yang tampak. Pemandangan ini mengingatkan
saya kemudiannya dengan sinetron Tujuh Manusia Harimau yang sempat hits
beberapa bulan lalu. Apalagi kemudian di perkampungan sunyi ini saya terlihat sekelompok orang yang
memakai baju silat Sumatera. Sepertinya mereka akan berlatih silat. Nampaknya ini perkampungan penduduk asli.
2 komentar:
salam kenal bang
pake mobil apa nih lintas sumateranya??
salam kembali. kami menggunakan mobil hyunday bang. beli di jakarta.
Posting Komentar