Padang dan Bukittinggi adalah dua kota utama di Propinsi Sumatera Barat. Padang merupakan ibukota propinsi dan dikenal sebagai pusat pemerintahan dan pendidikan sementara Bukittinggi dikenal sebagai pusat pariwisata dan pasar grosir. Secara umum terdapat dua jalan utama dari Padang ke Buktinggi, yaitu via Kota Padang Panjang dan via Malalak. Jalan via Malalak merupakan jalan alternatif karena jalan via Padang Panjang terkadang macet terutama disebabkan objek wisata dan pasar tumpah di sepanjang jalan.
Kelebihan jalan via Malalak adalah kondisi jalan yang mulus dan lebar serta masih sunyi dan pemandangan yang alami. Jalur ini menyajikan pemandangan alam yang sangat bagus berupa perbukitan, gunung dan lembah. Pada tempat tertentu kita dapat menyaksikan panorama Samudra Indonesia dan kota sekitarnya di kejauhan. Jalan ini lebarnya sekitar 7 meter dan masih mulus. Hanya saja di beberapa tempat terdapat tanjakan yang cukup tajam dan panjang serta belokan yang cukup ekstrim. Jarak tempuh melalui jalan ini juga lebih panjang beberapa km dibandingkan jalan via Padang Panjang. Sebagai gambaran, panjang jalan Padang Bukittinggi via Padang Panjang adalah sekitar 87 km, sedangkan via Malalak (Simaka) sekitar 90 km dengan jarak tempuh normal sekitar 2 jam.
Kalau kita dari Kota Padang, untuk menempuh jalur ini kita belok kiri tidak jauh dari pasar Sicincin arah ke Pariaman. Sekitar 2 km kemudian tapatnya di daerah Koto Mambang, kita belok kanan dan sudah berada pada jalur Simaka (Sicincin-Malalak-Balingka) ini yang nantinya akan ketemu dengan jalan Bukittinggi-Maninjau di daerah Ampek Koto. Begitu sampai di Simpang tiga Ampek Koto, Agam, untuk ke Bukittinggi kita belok kanan (kalau belok kiri menuju Danau Maninjau).
Terkadang kalau ke Bukittinggi saya lewat jalan Malalak ini. Saat ini telah mulai bermunculan warung kuliner dan rest area di beberapa tempat. Fenomena orang selfie dan foto-foto juga terlihat dalam perjalanan saya menempuh jalur ini baru-baru ini.
Oya, kemarin saya dan kawan-kawan singgah di salah satu kedai kuliner yang berada di kawasan Malalak. Kedai ini menyediakan nasi dengan sambal-sambal kampung seperti jengkol, terung, kacang panjang dan lain-lain. untuk lauknya tersedia ayam, telur maupun ikan. Disini kami minum kopi yang nikmat di pondok sederhana yang berada di pinggir lembah. Kopi yang disajikan adalah kopi Aceh yang dibawa langsung dari Aceh. Kopi ini juga ditambah resep lainnya seperti beras merah yang disangrai (mungkin) dan dimasukan kedalam gelas bersama biji kopi yang ditumbuk kasar. Rasanya mak nyus dan satu gelas hanya Rp.5000 s/d Rp. 7.000 saja.
1 komentar:
Mantabss!!! TOP BGT !
Posting Komentar