Jumat, 12 Desember 2014

Ambulance

Ambulan dibacanya, ambulance tulisannya, dan kalau ditulis di depan mobil, maka tulisannya terbalik. Ada yang mempertanyakan, kenapa tulisan itu di balik? kemungkinannya agar bisa dibaca dengan baik (tidak terbalik) dari kaca mobil yang di depan (kaca spion, kaca tengah).

Di atas semua itu saya punya kenangan tersendiri tentang mobil ambulance ini dimana saya pernah 3 kali diatas ambulance ini dengan jenazah keluarga saya, masing-masing paman (mak uncu), paman (mak uniang) dan yang baru-baru ini saya mengantarkan jenazah ayahanda saya dari rumah ke peristirahatan terakhirnya (sebelum akhirat) di pemakaman keluarga.

Saya sulit menceritakan bagaimana rasanya diatas ambulans bersama jenazah orang yang dicintai, semuanya bercampur aduk, antara sedih, berani, sabar, tawakkal, dan berbagai perasaan lainnya. Kalaulah melihat ke langit, seakan saya baru sadar akan tingginya langit pada waktu itu.

Karena pengalaman tersebut, saya bisa mengerti perasaan orang yang sedang ditimpa kemalangan di dalam mobil ambulance. Waktu seakan sedang tidak berpihak. Terkadang pula diatas mobil tersebut kita lewat ditengah keramaian orang yang sedang mengadakan pesta pernikahan dan dentuman musik organ tunggal. Ini terasa sebagai suatu yang kontradiksi kehidupan. Memang, terkadang kita mendapat kesenangan, terkadang kita mendapat kesedihan. Disaat kita senang, barangkali ada orang-orang yang sedang ditimpa kesedihan, disaat kita sedih, mungkin juga ada orang yang sedang merasakan kegembiraan.

Memang, beruntunglah orang-orang yang beriman.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang yang beriman. Sesungguhnya seluruh urusannya baik. Namun, hal itu tidak dimiliki oleh seorang pun kecuali yang beriman saja. Apabila dia mendapat segala sesuatu yang menyenangkan, dia bersyukur, dan hal itu lebih baik baginya. Apabila dia ditimpa oleh perkara yang merugikan/menyedihkan, dia bersabar, dan itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Belum lama ini dalam perjalanan sendirian dari Padang ke Pariaman, di tengah keramaian lalulintas jalan raya Padang-Bukittinggi meraung-raung suara mobil ambulance di belakang saya. Saya usahakan menepi memberi laluan kepada ambulance tersebut. Ambulance terus berjalan dengan sirene yang mengerung-ngerung. Saya mengerti akan musibah yang sedang menimpa keluarga orang di ambulans tersebut. Saya teringat kepada alm. ayahanda saya. Tak terasa airmata saya berlinang. Dunia terus saja dengan sibuknya.

6 komentar:

Raaifa mengatakan...

Iko salah satu ilmu iduik, sepele kalau di baco, tapi kalau di praktekan, banyak nan batea-tea.. :

“Sungguh menakjubkan urusan seorang yang beriman. Sesungguhnya seluruh urusannya baik. Namun, hal itu tidak dimiliki oleh seorang pun kecuali yang beriman saja. Apabila dia mendapat segala sesuatu yang menyenangkan, dia bersyukur, dan hal itu lebih baik baginya. Apabila dia ditimpa oleh perkara yang merugikan/menyedihkan, dia bersabar, dan itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Unknown mengatakan...

Betul tu da Hary Fday.

Unknown mengatakan...

Saya pernah naik ambulans mengiringi isteri yg mrngalami kecederaan serius kerana terjatuh ketika mengelap lantai di rumah.

Saya tidak merasa tertekan sangat kerana (mungkin) walaupun cedera agak teruk tetapi dlm keadaan tidak tenat.

Sehingga kini setelah lebih satu tahun isteri masih belum pulih sepenuhnya.

Unknown mengatakan...

Ya, macam-macamlah kejadian di atas mobil ambulance, Pak Cik Ujang Kutik. Cuma bagi orang yang baru ditinggal ahli keluarganya mungkin akan lain rasanya diatas mobil ambulance. Turut berduka ke atas musibah yang menimpa istri pak cik, semoga lekas sembuh, seperti sedia kala.

Buyung mengatakan...

Kunjungan perdana ke blognya Uda Patic :)

Unknown mengatakan...

Wah,, Ceret Klasik :)