Rabu, 14 Oktober 2015

Menilai Kinerja

Secara teori, salah satu cara kita menilai kinerja adalah dengan menggunakan indikator (indikator-indikator) kinerja. Indikator ini diturunkan dari tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Setelah kegiatan dilakukan, kita mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan nilai indikator tersebut. Kemudian kita dapat menentukan kinerja berdasarkan  nilai yang diperoleh.

Indikator kinerja seringnya bersifat kuantitatif, tapi ada juga indikator kinerja yang bersifat kualitatif. masing-masing tentu punya kelebihan dan kekurangan. Indikator kuantitatif sifatnya lebih objektif, terukur, namun terkadang sulit untuk mengkuantifikasi tingkat kinerja dan dimensi-dimensi yang melekat pada kinerja tersebut. Sebaiknya indikator kualitatif bersifat subjektif dan mampu mendeskripsikan dimensi-dimensi kinerja secara detail tetapi terkadang lebih tinggi potensi biasnya apalagi jika pengukuran dilakukan oleh orang/tim yang belum pofesional. 

Indikator tidak dapat menjamin ketepatan 100% dalam melakukan penilaian kinerja. Indikator hanya memprediksi, hanya menyatakan gejala dan indikasi tentang sesuatu objek. Hasilnya bisa sesuai tapi bisa pula tidak sesuai dengan realitas objek tersebut.
Namun, keterbatasan manusia membuat kita hanya bisa menilai dari indikator-indikator yang ada. Walau bagaimanapun, penelitian membuktikan bahwa implementasi pengukuran kinerja dengan indikator kinerja dapat membawa organisasi lebih baik, efektif, dan efisien.

Penting juga diketahui syarat-syarat indikator kinerja yang qualified sebelum menentukan indikator kinerja. Syarat itu antara lain relevan, jelas, dapat diukur secara ekonomis, mencerminkan area penting yang diukur, berorientasi hasil, berada dalam pengendalian objek/pihak yang diukur, dapat dibandingkan, mempunyai jangka waktu yang jelas, dan lain-lain sebagainya

Umumnya penggunaan suatu indikator tidak bisa tunggal tanpa menyertakan indikator-indikator pembanding yang lain dan berbagai analisis serta data/informasi agar mendapatkan potret yang lebih sempurna dari suatu objek. Ambil contoh indikator kinerja mahasiswa, misalkan indikatornya dipilih nilai IPK dan masa studi. Maka secara indikator, mahasiswa dengan nilai IPK tertinggi dan masa studi paling cepat adalah mahasiswa berkinerja paling baik. Ini memang diakui dan lazim di pakai. Tapi masih banyak metode dan instrumen yang dapat dipakai untuk melengkapi analisis diatas, baik yang bersifat kuantitatif, maupun kualitatif, atau bahkan gabungan kuantitatif dan kualitatif.

Mesti dilihat variabel-variabel lain (misalnya apakah ia kuliah sambil bekerja, kuliahnya di perguruan tinggi mana, biaya kuliahnya bagaimana, apakah ia jujur misalnya dalam ujian dan membuat tugas dsb.) dan mesti diuji apakah variabel itu mempunyai pengaruh signifikan atau tidak dan kalau signifikan berapa pengaruhnya tersebut terhadap variabel (indikator) yang diteliti. Instrumen pengujiannya juga mesti terbukti validitas dan reliabilitasnya. Ini membutuhkan banyak kemampuan teknis maupun kemampuan aplikatif lainnya. Tidak sembarangan orang dapat melakukannya.

Menilai kinerja memang gampang-gampang susah ya.

#Catatan tengah malam

2 komentar:

Bang Thoyib mengatakan...

Bagaimana dengan menilai kinerja seorang blogger? Boleh tau apa saja indikator-indikatornya, sehingga blogger tersebut bisa dikatakan berkinerja baik

Unknown mengatakan...

Terima kasih Bang Thoyib, terus terang saya masih terbilang baru di dunia blogger. Namun saya coba jawab menurut pengetahuan saya.
Sebagaimana dianyatakan indikator kinerja adalah turunan dari perencanaan tujuan. Jadi untuk membuat indikator kinerja seorang blogger mesti diketahui tujuannya membuat blog. Apakah tujuannya untuk komersial, sekedar aktualisasi diri, menunjang profesi, dan sebagainya. Jika tujuannya untuk komersial jelas indikator kinerjanya mudah ditentukan seperti : jumlah pendapatan bersih. jumlah transaksi bisnis, dll. Jika tujuannya untuk aktualisasi diri dapat digunakan indikator seperti : ranking blog, persepsi pembaca blog, dll.