Rabu, 16 September 2015

Menjajal Lintas Tengah Sumatera dengan Sedan



Pada akhir Februari 2015 yang lalu, saya diajak teman ke Jakarta dengan misi menjemput mobil yang dibeli di Jakarta untuk dibawa ke Padang. Sebagaimana diketahui, harga mobil di Jakarta dan Padang memang berbeda, terutama untuk merek-merek tertentu yang tidak umum, harga di Jakarta bisa jauh lebih murah.

Berhubung saya lagi Tugas Belajar dan lagi libur pula, saya  menyanggupi permintaan teman (senior di S1, sekelas di S2) tersebut. Kami pun berangkat via udara ke Jakarta, bermalam semalam di Jakarta dan besok nya selepas Maghrib berencana pulang ke Padang membawa mobil sedan.

Rencana berangkat selepas Maghrib jadi berantakan karena saya terlambat balik ke tempat tinggal di rumah kakak teman senior tersebut di daerah Kebayoran Lama. Saya ada urusan ke tempat teman lain di Pulogadung dan pulangnya telat karena tidak memperkirakan lama perjalanan di Jakarta. Saya tiba di Kemayoran Lama sudah hampir jam 9 malam. Saya sih sudah siap tempur langsung berangkat, tetapi timbul keraguan dari teman dan familinya mengingat kami kurang istirahat dan sudah mau menyetir jauh pula ke Sumatera Barat. Apalagi kami sama-sama belum pernah membawa mobil lintas Jakarta Padang sebelumnya.

Terjadilah diskusi hangat malam itu tentang kapan sebaiknya berangkat. Saya bersikeras malam itu juga, sementara family teman mengusulkan besok saja. Maka akhirnya di dapat lah jalan tengah berangkat besok habis subuh saja. Ok. Deal.

Tentang jadwal keberangkatan dari Jakarta ke Padang ini khususnya lewat Lintas Tengah sebaiknya memang malam hari sekitar pukul 9-an. Ini mengingat agar kita tidak perlu bermalam di jalan sewaktu di Pulau Sumatera nantinya. Dengan berangkat malam, diharapkan pada pagi hari sudah sampai di kota Bumi Lampung Utara, dimana jalanan setelah itu mulai sepi, kecil, dan rusak parah di beberapa titik. Kalau dilalui pada malam hari tentu sangat rawan.

Ok lanjut ke perjalanan, pagi itu setelah sholat Subuh, maka sekitar jam setengah enam kami mulai bergerak, masuk ke gerbang tol dan mobil pun di geber di jalan tol Jakarta-Merak sampai menggigil (maklum mobil hanya 1300 cc). Tak lama sekitar jam 7 pagi kami sudah sampai di Pelabuhan Merak yang berada di ujung jalan tol. Mengikuti arahan dan panduan petugas, mobil sampai di loket karcis kemudian menuju ke dermaga tempat naik kapal. Harga karcis kapal untuk mobil tersebut kalau saya tidak salah sekitar Rp. 250.000,-.

Setiba di dermaga antri dulu, kebetulan mungkin karena bawa sedan dipersilahkan antri di depan agar bisa dibawa ke lantai 2 kapal. Kami antri beberapa waktu sebelum masuk kapal. Di sana terdapat beberapa pedagang makanan; seperti pop mie, lontong; minuman seperti kopi dan jamu, serta ada pula pedagang keliling menawarkan barang asesoris, koran, majalah, dan lain-lain. Jika kita tidak mau beli kita tinggal bilang tidak dengan sopan.
Kapal Feri di Pelabuhan Merak
Merak Seaport dari atas kapal
Sekitar setengah jam kemudian, kami dipersilahkan naik ke kapal fery. Setelah memarkir mobil, sambil menunggu kapal berangkat kami sarapan dengan roti dan minuman yang sudah disiapkan. Kapal kayaknya kosong waktu itu, hanya beberapa orang dan mobil berada diatas kapal yang relatif besar.

Perjalanan diatas kapal kami habiskan dengan ngobrol ngalor ngidul sambil menikmati pemandangan laut Selat Sunda dan juga pulau-pulau kecil yang terlewati. Makin lama pulau Jawa makin jauh dan sekitar 1,5 jam berlalu kami pun tiba di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Pulau Sumatera.

Turun dari kapal mobil digeber keluar dari pelabuhan dan mulai memasuki alam Sumatera yang terasa agak keras ketimbang pulau Jawa. Gimana tidak, jalannya mulai menanjak dan berliku dan tampak agak sunyi.

Mobil meluncur ke Kalianda, terus lama berjalan kita akan jumpa lagi laut, itu menandakan kita sudah berada di kawasan Kota Bandar Lampung. Di Bandar Lampung ini hari sudah siang sekitar jam 12 dan perut mulai terasa lapar. Kami mencari rumah makan, dan setelah banyak restoran yang kami lewati akhirnya terjumpa rumah makan yang cukup bagus di sebelah kiri jalan, mobil pun meluncur ke sana. Itu adalah rumah makan Padang dengan halaman cukup luas kalau tidak salah mereknya Bareh Solok. Kemudiannya saya ketahui pemilik rumah makan ini berasal dari Koto Anau, Solok dan rumah makan ini banyak dijadikan sopir-sopir terutama truk dan fuso sebagai tempat mengadu misalnya kalau kehabisan uang atau apalah di jalan. Dalam komplek rumah makan ini juga terdapat markas Pekat IB, organisasi berseragam loreng semacam Pemuda Pancasila.

Selepas makan dan sholat kamipun melanjutkan perjalanan. Jalanan masih ramai dan bagus, bahkan berjalur dua. Sedikit demi sedikit kami meninggalkan kota Bandar Lampung menikmati pemandangannya yang baru bagi kami. Melihat aneka jajanan dan kuliner yang terdapat di pinggir jalan, melaju melewati kota kecil demi kota kecil dan sampailah kami pada sore hari di daerah Kota Bumi, Ibukota Kabupaten Lampung Utara. Di sini untuk meyakinkan kami bertanya di warung dan akhirnya perjalanan lanjut hingga sampailah kami di daerah Bukit Kemuning, ujung Kabupaten Lampung Utara. Disinilah kesalahan mulai terjadi, disini ada simpang empat dimana jalan yang besar itu lurus dan belok kanan jalannya agak kecil. Sebagai pemula, insting mengatakan bahwa jalan Lintas Sumatera tentulah jalan yang besar, jadi kami ambil lurus. Lihat peta GPS pun posisi mobil masih di jalur jalan. Lanjut,,,,,namun apa yang terjadi jalanan yang kami lalui semakin kecil dan semakin sepi, malam mulai menggantikan siang dan jalanan semakin sepi dan gelap saja. Rumah-rumah pun jarang kelihatan dan kalau ada pun dengan pintu tertutup. Sampai benar-benar masuk hutan dan lama kemudian baru bersua perkampungan penduduk yang rumahnya banyak dari papan. Itupun orangnya jarang yang tampak. Pemandangan ini mengingatkan saya kemudiannya dengan sinetron Tujuh Manusia Harimau yang sempat hits beberapa bulan lalu. Apalagi kemudian di perkampungan sunyi ini saya terlihat sekelompok orang yang memakai baju silat Sumatera. Sepertinya mereka akan berlatih silat. Nampaknya ini perkampungan penduduk asli.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

salam kenal bang
pake mobil apa nih lintas sumateranya??

Unknown mengatakan...

salam kembali. kami menggunakan mobil hyunday bang. beli di jakarta.